Foto Istimewa (Dok: Bidhumas) |
Lifestyle - Briptu Cecilia Permatasari Ritonga yang berprofesi sebagai seorang Polisi wanita dari Indonesia personil Polda Sumut, ia merupakan penyidik di di bidang reskrim yg berusia 24 tahun yang saat ini menjabat sebagai Sersan Taktis Pasukan Pertama di Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Republik Afrika Tengah (MINUSCA).
Dalam rangka memperingati Hari PBB Internasional tahun ini, Cecilia mengatakan beberapa tantangan dan peluang yang mungkin dihadapi oleh pasukan PBB wanita muda selama misi, dan peran penting wanita dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Cecilia dan rekannya Rantika memberikan bantuan pertolongan pertama kepada masyarakat setempat setelah mengalami kecelakaan sepeda motor sebagai bagian dari misi penjaga perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah Cecilia dan rekannya memberikan bantuan pertolongan pertama.
"Ada beberapa tantangan yang harus diatasi selama bertugas, misalnya, belajar bahasa Prancis dan Sangho di Republik Afrika Tengah serta menyesuaikan dengan budaya baru. Bagi saya, membawa senjata api setiap hari juga merupakan hal baru. Tetapi saya selalu tertarik untuk belajar dan melengkapi diri saya dengan keterampilan penting untuk misi penjaga perdamaian," ucap Briptu Cecilia.
Briptu yang akrab dipanggil cici juga mengatakan pasukan PBB melakukan yang terbaik untuk menunjukkan kemampuan dan keinginan untuk mengembangkan keterampilan baru dan mendapatkan pengalaman baru. Sebagai pemuda penjaga perdamaian, kami melayani dengan perspektif, antusiasme, dan niat baik.
Bagi pemuda pemelihara perdamaian Indonesia, media sosial telah menjadi alat yang luar biasa untuk berbagi kegiatan pemeliharaan perdamaian kami dengan semua orang dan membuat kami tetap terhubung dengan keluarga dan teman selama pandemi COVID-19. Dengan memposting di Twitter, Instagram, WhatsApp, dan YouTube tentang kehidupan kita sehari-hari, kita dapat menyampaikan pesan penting tentang pemuda, perdamaian, dan keamanan kepada dunia.
“Saya sangat bangga bisa berkontribusi dalam menjaga perdamaian dan menyelesaikan konflik sebagai personel Blue Helmet, terutama ketika saya melihat perempuan memainkan peran di lapangan yang tidak kalah pentingnya dengan rekan laki-laki mereka. Selama patroli harian, saya berinteraksi dengan komunitas lokal dan melakukan percakapan dari hati ke hati dengan wanita dan anak-anak. Saya juga mengajari mereka bela diri dan mendorong mereka untuk menjadi berani dan berbicara untuk diri mereka sendiri. Bagi kelompok rentan seperti perempuan dan gadis penyintas kekerasan berbasis gender, kehadiran perempuan penjaga perdamaian membuat mereka aman secara fisik dan emosional untuk mengungkap segala jenis pengalaman," ungkapnya.
“Jangan takut”- itulah pesan utama yang ingin saya bagikan kepada semua wanita dan gadis yang bercita-cita menjadi penjaga perdamaian. Akan ada hambatan, namun bisa diubah menjadi peluang. Tetaplah bersemangat dan jangan pernah menyerah. (Bidhumas)