Ilustrasi vaksinasi (ist) |
Jakarta - Ahli breakthrough infection menyebut seseorang yang sudah divaksinasi masih bisa terinfeksi COVID-19. Sehingga, Vaksin bukan jaminan membuat seseorang benar-benar kebal terhadap penyakit COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan munculnya kasus breakthrough infection bukan berarti tanda vaksin tidak bekerja. Laporan berbagai studi melihat bahwa orang yang sudah divaksinasi cenderung hanya mengalami gejala ringan atau malah tanpa gejala bila terinfeksi.
Vaksin COVID-19 dalam hal ini bermanfaat mencegah seseorang jatuh sakit dengan gejala parah. Dampaknya bisa mengurangi kemungkinan diperlukannya perawatan di rumah sakit dan juga risiko kematian.
Ahli penyakit infeksi dari WHO, Dr Katherine O'Brien, menegaskan kasus breakthrough infection jarang terjadi. Namun, memang jumlahnya saat ini semakin banyak dan ini diduga karena beberapa faktor.
"Ini bukan hal yang umum dan risikonya tidak merata di semua populasi. Ada kelompok tertentu, misalnya punya masalah imun atau umurnya sudah tua, yang lebih berisiko mengalami breakthrough infection," kata Katherine seperti dikutip dari situs resmi WHO, Sabtu (14/8/2021).
Faktor yang diduga membuat semakin banyak kasus breakthrough infection saat ini dijelaskan Katherine adalah karena kelalaian dan varian.
Ramainya program vaksinasi saat ini kemungkinan membuat orang-orang jadi lebih merasa aman sehingga mulai melonggarkan disiplin protokol kesehatan. Di lain sisi berbagai varian COVID-19 yang lebih mudah menular bermunculan, meningkatkan risiko keterpaparan.
"Kita melihat lebih banyak kasus breakthrough infection, sebagian karena orang-orang berhenti melakukan langkah pencegahan penyebaran virus," papar Katherine.
"Jadi saat virusnya sendiri berkembang dengan kecepatan dan frekuensi yang lebih tinggi, orang-orang semakin banyak terekspos, termasuk di antaranya yang sudah divaksinasi," pungkasnya. ***
Sumber : detiknews