Seorang Guru sedang mengajar muridnya. (Dok: PIS) |
Jakarta - Tugas dan tanggung jawab guru memang semakin berat saja pada masa pandemi. Kesenjangan teknologi dan tak meratanya kemakmuran guru ikut menambah beban mereka. Banyak pihak pun mengungkapkan apresiasi, terlebih dalam menyambut Hari Guru Nasional kemarin.
Presiden RI Joko Widodo menyampaikan pesannya melalui akun Twitter. Dia menyadari tantangan dunia pendidikan selama pandemi dan menilai semua masih dapat berjalan karena jasa para guru.
“Hampir dua tahun dalam selubung pandemi global, dunia pendidikan di tanah air tetap berjalan meski dengan penyesuaian di sana-sini. Semua itu bisa berlangsung berkat inovasi, kreativitas, adaptasi teknologi, dan tentu saja dedikasi para guru untuk tetap setia mengawal pendidikan generasi muda,” tulis Jokowi.
Sementara itu, Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin menyampaikan, peran guru sangat vital bahkan tidak tergantikan dalam menavigasi putra-putri bangsa di tengah berbagai tantangan dunia modern dan kemajuan teknologi.
Dia menilai, guru memegang peranan penting dalam upaya pemerintah dalam membangun kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mewujudkan Indonesia Maju. Oleh sebabnya, Wapres menegaskan bahwa pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan para guru sebagai penyemai tunas bangsa tersebut.
Kesejahteraan guru
Apresiasi juga datang dari Ketua DPR RI Puan Maharani. Dia memuji seluruh guru yang selama hampir 2 tahun ini terus berkomitmen mendidik dan mencerdaskan generasi penerus bangsa di tengah tantangan Pandemi Covid-19. Puan menyadari, tugas guru dalam mengajar anak didiknya di era Covid-19 tidak mudah.
“Di tengah keterbatasan fasilitas serta sarana dan prasarana saat pembelajaran jarak jauh, khususnya di daerah-daerah yang kesulitan jaringan internet, bapak/ibu guru tidak menyerah dan penuh tekad memastikan putra/putri kita bisa mendapatkan pendidikan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Oleh karena itu, Mantan Menko PMK itu meminta pemerintah segera merealisasikan komitmen untuk memberikan kesejahteraan yang merata kepada seluruh guru. Puan menegaskan DPR RI akan terus mengawal setiap kebijakan pemerintah terkait guru.
“Salah satu fungsi pengawasan DPR dalam masa sidang ini diarahkan kepada pengawasan terhadap program satu juta guru PPPK tahun 2021. DPR akan memastikan pendistribusian guru secara merata agar permasalahan kekurangan dan pemerataan guru di setiap jenjang dapat terselesaikan,” tegas Puan.
Untuk mengurangi kekurangan guru, DPR RI mendorong agar kuota pengangkatan guru honorer sebagai ASN diperbanyak. Puan menilai pemerintah daerah dapat melakukan efisiensi anggaran terhadap hal yang belum terlalu penting agar dananya bisa dialokasikan untuk penambahan guru.
“Kami memahami adanya keterbatasan kuota setiap daerah untuk pengangkatan guru honorer sebagai ASN. Tapi semua kembali lagi kepada komitmen kita untuk mengangkat harkat para guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa ini,” ungkap Cucu Proklamator RI Bung Karno itu.
Guru semasa pandemi
Pembelajaran semasa pandemi memang berbeda, yang semula dilakukan dengan tatap muka, kini secara jarak jauh dengan mengharuskan pemanfaatan teknologi. Meski demikian, Pengamat kebijakan pendidikan UGM, Agustinus Subarsono, menilai peran guru tetaplah sama.
Agustinus mengatakan sebelum dan sesudah pandemi covid-19 peran utama guru tetap sama, yaitu mendidik karakter dan transfer ilmu pengetahuan pada anak didik.
Mendidik karakter, lanjutnya, dirasa perlu dengan harapan anak didik bisa menjadi jujur, percaya diri, memiliki komitmen dan lainnya. Sedangkan melakukan transfer ilmu pengetahuan agar anak didik memiliki tingkat kognitif yang lebih tinggi.
Namun di dalam masa pandemi ini, peran guru semakin vital dengan satu peran lagi yang dibebankan kepada guru, yaitu mengubah pola perilaku siswa.
"Bagaimana perilaku siswa itu berubah dari sebelum masa covid dan sesudah masa covid, bagaimana siswa didorong untuk melakukan social distancing, bagaimana siswa diajar untuk sering mencuci tangan, bagaimana siswa diajar untuk tidak melakukan interaksi secara langsung dan berkelompok," ucap dia.
Agustinus menyebut, transfer ilmu pengetahuan mungkin kendalanya tidak terlalu besar dan tidak serumit tugas guru dalam membentuk karakter. Karena untuk pendidikan karakter idealnya dibentuk melalui pertemuan tatap muka.
Meski begitu, katanya, dengan daring pembentukan karakter tetap bisa dilakukan. Dengan beberapa kelemahan, disebutnya, guru tetap bisa mengajarkan tepat waktu pada siswa, memberikan tugas-tugas dengan memberi sanksi bagi mereka yang tidak disiplin dan tidak mengumpulkan tugas dan lain-lain.
“Artinya dengan berbagai inovasi yang dilakukan guru tetap bisa dilakukan. Meski tidak seoptimal jika tatap muka," ucap dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, Fisipol UGM tersebut. (PIS)