David Wijaya. (Ist) |
Jakarta, pelitatoday.com - Seorang influencer lulusan Apoteker Institut Teknologi Bandung (ITB), David Wijaya, berupaya membangkitkan peran farmasis di tengah masyarakat.
Soalnya, menurut David Wijaya, peran apoteker kerap diabaikan dibandingkan dengan tenaga kesehatan lain selayaknya dokter atau perawat. Begitu juga dalam masa pandemi ini, apoteker juga turut berjibaku dalam penanggulangan Covid-19, terutama dalam penggunaan obat.
Ditahun 2020 menggagas BijakObat, layanan konsultasi gratis kepada farmasis mengenai obat melalui media sosial Instagram.
Sebelumnya ia dikenal sebagai influencer, yang juga menggagas organisasi Youth Ranger Indonesia, organisasi yang bergerak di bidang pengembangan potensi pemuda.
David Wijaya mengaku, mulai tertarik mendirikan Youth Ranger Indonesia maupun Bijak Obat, yaitu karena latar belakangnya sebagai penerima beasiswa di ITB.
David Wijaya juga sudah aktif berorganisasi sejak masa kuliah hingga akhirnya David pun tergugah ingin berkontribusi untuk Negara, ia pun membuat kedua platform tersebut.
Ada banyak anak muda yang tidak bisa merasakan aktif organisasi.
"Saya sendiri merasakan menemukan banyak hal setelah aktif di organisasi.
Sementara di BijakObat, sebagai apoteker, saya melihat banyak masyarakat mau konsultasi masih ragu atau takut, mau telemedicine juga belum bisa, sulit menjangkau, maka dipermudah lewat DM Instagram saja,” kata David Wijaya
Melalui akun Instagram @bijakobat.id, ia memberikan edukasi seputar obat, konseling seputar penyakit, termasuk Covid-19.
Hingga kini terkerah 30 orang di balik akun tersebut, terdiri dari apoteker dan nonapoteker.
Hal menarik pun ia ungkapkan selama menjadi apoteker, sehingga menilai layanan ini akan sangat dibutuhkan.
“Saya menemukan ada pasien yang tidak meminum obat secara rutin, dan dia tidak mengungkapkan ke nakes lain, ketika bisa bercerita kekhawatiran dan kesulitan dia yang tidak diungkapkan, hanya ke saya, luar biasa sekali rasanya,” ungkap David Wijaya.
Apoteker juga berperan penting dalam meracik obat terapi Covid-19, dan menghadapi situasi keos akibat permintaan yang tinggi, sampai ulah para penimbun.
Tak jarang, apotek juga mengalami kekosongan obat, dan yang paling parah sampai harus ditutup, karena karyawan terpapar Covid-19
ataupun sepi.
”Tapi di lapangan kadang dianggap belum setara tenaga kesehatan lain. Karena itu saya buat BijakObat juga untuk ‘menampar’ para farmasis agar lebih berinteraksi dengan masyarakat, Pokoknya kalau Ingat Obat, Ingat Apoteker,” katanya.
Penulis : Dedy Haryadi