Foto Istimewa. (Dok: Pribadi) |
JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengungkapkan, dampak pandemi Covid-19 yang berskala global, membuat setiap negara berupaya sekuat tenaga menghindari krisis yang berkepanjangan. Pada fase pertama yang akan dihadapi adalah krisis kesehatan. Hingga akhir Februari kemarin, lebih dari 433 juta warga dunia dari 226 negara terpapar Covid-19, dan sekitar 6 juta jiwa diantaranya tidak terselamatkan.
"Demi keberpihakan pada kesehatan dan keselamatan masyarakat, kita dipaksa membatasi aktivitas dan mobilitas masyarakat, sehingga berdampak pada melemahnya pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya mengantarkan pada jurang resesi. Pada tahap inilah kita memasuki fase krisis ekonomi. Dalam skala riil-nya, dampak resesi ekonomi terlihat dari meningkatnya pengangguran, turunnya pendapatan, meningkatnya angka kemiskinan, melebarnya angka ketimpangan, di samping banyaknya dunia usaha termasuk UMKM sebagai sentra ekonomi rakyat yang terpaksa gulung tikar," ujar Bamsoet saat memberikan pembekalan dalam Rapat Pimpinan TNI - Polri, di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, Selasa (1/3/22).
Turut hadir Presiden Joko Widodo yang terlebih dahulu memberikan pengarahan. Hadir pula Ketua DPR RI Puan Maharani, Ketua Mahkamah Agung Muhammad Syarifuddin, Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman, Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono mewakili Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa yang tidak bisa hadir karena positif Covid-19, serta 392 Pati TNI-Polri.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, jka tidak segera diatasi, yang terjadi berikutnya adalah terjadinya krisis sosial. Bahkan di negara maju sekelas Amerika Serikat, melemahnya aktivitas perekonomian dan PHK massal telah menjadi sumbu bom waktu yang berujung pada kerusuhan massa dan penjarahan di berbagai negara bagian. Jika merujuk pada catatan sejarah, bangsa Indonesia pernah memiliki catatan kelam ketika krisis ekonomi berujung pada krisis sosial pada tahun 1998.
"Pada fase akhir, kegagalan mengendalikan krisis sosial akan mengantarkan pada fase berikutnya, yaitu krisis politik yang akan mengancam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pada titik ini, kita menyadari bahwa ada hubungan kausalitas yang sangat erat antara stabilitas perekonomian dengan kondisi pertahanan dan keamanan negara," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menerangkan, dalam konteks inilah semua pihak harus merasa bersyukur memiliki TNI dan POLRI, sehingga tidak sampai masuk pada krisis sosial dan krisis politik. Kiprah dan kontribusi TNI dan POLRI dalam penanggulangan pandemi Covid-19 dengan berbagai dampaknya, patut diapresiasi. Peran TNI dan Polri tidak hanya dirasakan melalui giat 'cipta kondisi', melainkan juga sebagai generator berbagai kebijakan penanggulangan pandemi, di samping berbagai aksi solidaritas dan bantuan kemanusiaan. Baik yang dilakukan secara institusi kelembagaan, maupun secara pribadi dari personil-personil TNI dan Polri yang berjiwa patriot.
"Saat ini kita sedang berada dalam tahap perputaran balik. Setelah kita mampu melewati masa-masa krusial, serta mampu mengendalikan pandemi covid-19 dengan baik, secara bertahap kita mulai bangkit kembali membangun pemulihan ekonomi. Momentum ini perlu terus dijaga dan dikawal oleh seluruh elemen masyarakat. Saya optimis, dengan TNI dan Polri berjuang bersama-sama, kita akan segera bangkit dan pulih kembali," pungkas Bamsoet. (*)