Foto Istimewa. (Dok: Pribadi) |
JAKARTA - Ketua MPR RI sekaligus Dewan Pakar KAHMI Bambang Soesatyo menjadi tuan rumah acara Gema Ramadhan, buka puasa bersama dan tarawih di KAHMI Center. Dirinya menekankan, bulan suci Ramadhan adalah bulan dimana sisi rohaniah dan spiritualitas diuji dan ditempa, agar semakin mampu mentransformasikan nilai-nilai keagamaan dalam segala dimensinya. Termasuk pada sektor perekonomian yang pada hakikatnya harus bermuara pada terwujudnya falah atau kesejahteraan masyarakat.
"Dalam konteks pembangunan sistem ekonomi Islam, perilaku masyarakat dalam memaknai setiap aktivitas perekonomiannya menjadi faktor yang sangat penting dan menentukan. Implementasi nilai-nilai spiritualitas Islam dalam kehidupan perekonomian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bersama-sama dengan pelembagaan perbankan dan keuangan syariah, bisa membentuk sistem ekonomi Islam yang lebih holistik, kokoh dan berdaya saing, sehingga mampu menjawab tantangan dan dinamika zaman," ujar Bamsoet usai memberikan sambutan Gema Ramadhan, Buka Puasa Bersama dan Tarawih di KAHMI Center, secara virtual dari Jakarta, Senin (18/4/22).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, dalam konteks kekinian, tantangan yang dihadapi saat ini, adalah menggeliatkan kembali roda perekonomian rakyat yang telah tergerus sedemikian dalam oleh pandemi Covid-19. Dampak pandemi telah menyebabkan perekonomian bangsa terjatuh dalam jurang resesi. Di satu sisi, patut disyukuri bahwa pada akhirnya bangsa Indonesia bisa terbebas dari jerat resesi pada kuartal II tahun 2021. Di sisi lain, dampak pandemi yang telah menyebabkan luka 'memar' pada perekonomian bangsa Indonesia, tentunya membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk pulih dan bangkit kembali.
"Pemulihan ekonomi nasional salah satunya bisa didorong oleh perkembangan ekonomi syariah yang potensinya masih sangat besar untuk dikembangkan. Menurut laporan State of the Global Islamic Economy 2020/21 mencapai Rp 2.937 triliun. Besarnya potensi ekonomi syariah tidak lepas dari jumlah pemeluk Islam di Indonesia yang mencapai 87,2 persen dari populasi. Terlebih Indonesia juga telah naik ke peringkat 4 dari peringkat 5 dunia untuk pengembangan keuangan syariah setelah Malaysia, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Sementara, aset keuangan syariah di Indonesia menempati peringkat 7 dunia dengan total aset sebesar USD 99 miliar," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, karenanya sangat penting bagi KAHMI untuk terlibat dalam melahirkan road map pengembangan Entrepreneur Syariah. Pembuatannya bisa dilakukan bekerjasama dengan Kementerian Ketenagakerjaan yang harus menyiapkan pendidikan vokasi syariah serta Kementerian Koperasi dan UKM yang membuat taksonomi UMKM yang bisa dikembangkan berbasis syariah, seperti di kalangan pondok pesantren.
"The State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021 mencatat peran Indonesia dalam tujuh sektor ekonomi syariah dunia sangat kuat. Misalnya pada sektor makanan halal, dari total USD 1,17 triliun yang dikeluarkan oleh 1,9 miliar penduduk muslim dunia, sebesar USD 144 miliar diantaranya berputar di Indonesia. Dari USD 66 miliar ekonomi syariah pada sektor kosmetika halal, sebesar USD 4 miliar diantaranya berputar di Indonesia. Ditambah dari sekitar USD 2,88 triliun Industri Keuangan Syariah dunia, sebanyak USD 99,2 miliar diantaranya berputar di Industri keuangan syariah Indonesia," pungkas Bamsoet. (*)