Peluncuran program edukasi publik “Cakrawala Ambassador Talks” Vol. 4. |
Jakarta, pelitatoday.com - Fakultas Komunikasi LSPR melalui Jurusan Hubungan Internasional meluncurkan program edukasi publik “Cakrawala Ambassador Talks” Vol. 4.
Giat tersebut dihadiri para tamu istimewa, seperti Diar Nurbintoro. S.H,, M.H., Duta Besar Rumania periode 2013-2017 dan Plt. Direktur NAM CSSTC, Dr. Aloysius Lele Madja, Duta Besar Chile periode 2010-2014 dan Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, Trias Kuncahyono, Jurnalis Senior Kompas, dan Dr. Indra Kusumawardhana, M.Hub.Int., Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, selaku moderator yang akan membantu berjalannya acara dengan topik “Soft Power Diplomasi Publik Indonesia Bersama GNB Mengarungi Dinamika Politik Internasional dan Bedah Buku “Menjelang Senja di Santiago”, Jumat (19/5.2023).
Ambassador Talks dikemas untuk menjadi sarana edukasi dan diskusi antara Mahasiswa LSPR dan para praktisi Diplomatik, seperti para Duta Besar RI di mancanegara dan Duta Besar Negara-negara sahabat di Indonesia, untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi, motivasi, dan manfaat segala hal terkait diplomasi kepada para civitas akademik dan masyarakat umum.
Dr. (H.C.) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, selaku Founder & CEO Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR, dalam sambutannya menyatakan, "Cakrawala memiliki arti lengkungan langit, sedangkan dalam percakapan umum sehari-hari, Cakrawala dapat dimaknai untuk menggambarkan luasnya pengetahuan seseorang.
“Begitu luasnya sampai tak bertepi, batasnya pun nun jauh di tepi langit, di Cakrawala. Tidak hanya itu, Cakrawala juga menggambarkan betapa luas dan kayanya negara Republik Indonesia, mulai dari alam, budaya, hingga masyarakatnya yang plural. Namun dapat bersatu dalam balutan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diikat dengan komitmen kebangsaan Bhineka Tunggal Ika. Oleh sebab itu, program edukasi publik yang akan membahas isu-isu dunia Komunikasi Hubungan Internasional yang lingkupnya seluas Indonesia tersebut diberi nama Cakrawala Ambassador Talks,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prita Kemal Gani memaparkan, pada sesi pertama, akan mendiskusikan peran Indonesia sebagai pendiri Non-Aligned Movement yang keberadaanya masih relevan hingga saat ini, di mana dunia semakin terfragmentasi dan penuh dengan tantangan baik dari sisi politik maupun ekonomi.
"Hal ini tentunya menarik untuk mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Sedangkan pada sesi kedua, kita akan mengikuti perjalanan seorang diplomat yang merefleksikan kembali perjalanan karirnya hingga menjadi Duta Besar di Republik Chile pada tahun 2010 hingga 2014, melalui buku autobiografi yang ditulis oleh Bapak Duta Besar Aloysius Lele Madja. Dari perjalanan karir beliau, banyak pelajaran hingga pengetahuan yang dapat diperoleh dan dijadikan motivasi bagi para mahasiswa yang bermimpi untuk mengikuti jejaknya," ujar dia.
Disebutkan, dari Webinar Hybrid inilah akan dibahas beragam aspek seputar Diplomasi Indonesia dari berbagai sisi yang sangat menarik dan beragam. Cakrawala juga ditekankan sebagai sebuah perumpamaan yang kemudian menggambarkan adanya kekayaan alam, keberagaman budaya, masyarakat yang pluralisme, serta kesatuan Indonesia di bawah slogan Bhineka Tunggal Ika dan berusaha untuk menyebarluaskan upaya nyata yang dilakukan oleh para Diplomat atau Duta Besar Indonesia untuk menjadi perwakilan, garda terdepan untuk menyalurkan, melindungi dan mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan merealisasikan peran serta nilai budaya Indonesia melalui kepentingan nasional untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Seiring perkembangan komunikasi hubungan internasional yang semakin mengglobal, maka tugas dan fungsi seorang Duta Besar menjadi semakin menantang karena dituntut untuk lebih antisipatif dalam merespon perkembangan dunia di era globalisasi ini, dimana salah satu cirinya adalah digitalisasi komunikasi dan informasi.
"Kita ketahui bahwa perkembangan ini menyentuh hampir semua aspek kehidupan, tidak terkecuali diplomasi, di mana para Duta Besar dituntut untuk tetap dapat meraih peluang yang tersedia di era globalisasi ini," ungkapnya.
Sementara, Diar Nurbintoro, S.H., M.H selaku Duta Besar Rumania Periode 2013-2017 dan Plt. Direktur NAM CSSTC menyampaikan, bentuk GNB pada situasi dunia saat ini adalah berupa gerakan yang memperhatikan kehati-hatian dalam mengambil langkah, seperti pada mengurangi upaya aspek isu politik yang dapat menggoyahkan eksistensi GNB.
NAM CSSTC hadir dan berperan dalam menguatkan posisi dan kredibilitas Indonesia dalam dunia Internasional, melalui aspek ekonomi dan sosial-budaya dengan upaya dalam meningkatkan capacity building di negara-negara yang memerlukan bantuan kemampuan dalam menciptakan kesejahteraan.
“NAM itu bukanlah sekedar bentuk ceremonial, melainkan upaya yang dilakukan oleh negara anggotanya untuk berperan dalam membangun kehidupan yang lebih baik di dunia," tutur Diar Nurbintoro.
Pada kesempatan itu, Dr. Aloysius Lele Madja, selaku Duta Besar Chile Periode 2010-2014 dan Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR mengatakan, buku ini ditulis melalui waktu yang panjang, akhirnya diputuskan dapat disebar secara luas.
"Tulisan yang didasari dengan tekad dan gigih dalam buku ini menjadi dorongan untuk menceritakan kisah saya yang berisikan tantangan dalam hidup yang berasal dari daerah terpencil hingga dalam menjadi diplomat negara. Maka dari itu, buku ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk memberikan dorongan dan inspirasi bagi para generasi penerus bangsa dalam mengambil langkah dalam hidup,” katanya.
Trias Kuncahyono, selaku Jurnalis Senior Kompas menjelaskan, saat ini, upaya banyaknya penulisan buku oleh para tokoh penting hingga diplomat negara menjadi hal yang menarik yang perlu diberikan apresiasi secara luas.
"Buku ‘Menjelang Senja di Santiago’ merupakan salah satu bentuk nyata bahwa dengan tekad yang gigih, maka kita dapat meraih impian yang diinginkan dari usaha yang dicurahkan. Dengan cerita yang menarik dan apa adanya, buku ini memberikan banyak pelajaran dan inspirasi dengan pengalaman-pengalaman beliau yang tidak terduga memberikan pembelajaran dan inspirasi bagi diplomat muda hingga generasi penerus bangsa lainnya," ucapnya.
Kinerja diplomatik tersebut penting untuk dikomunikasikan kepada mahasiswa dan masyarakat umum khususnya kalangan muda agar mereka lebih memahami seluk-beluk keunikan kerja diplomasi yang sering dianggap rumit. Oleh karena itu, program Cakrawala Ambassador Talks ini juga dirancang untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kinerja diplomatik kepada kalangan mahasiswa, generasi muda penerus bangsa agar mereka lebih memahaminya dan memotivasi mereka untuk lebih siap dalam mewujudkan cita-cita Para Pendiri Bangsa, dan untuk memperjuangkan kepentingan nasional.
“Kalau kita berusaha dengan gigih dan keyakinan terhadap tuhan, pasti usaha kita akan terbentuk dan berhasil."
Dr. Aloysius Lele Madja, Duta Besar Chile periode 2010-2014 dan Dosen Hubungan Internasional Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR. Didukung oleh Trias Kuncahyono, Jurnalis Senior Kompas yang menyatakan “Di zaman apapun, kegigihan dan ketekunan itu tidak bisa ditinggalkan. Sehebat apapun Anda, jika tidak gigih, maka tidak akan mendapatkan apapun". (Fadil)