Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram akan membuka secara resmi Festival Bedhayan ke-III. |
"Salah satu perbedaan festival Bedhayan sebelumnya dengan sekarang, kalau dua festival sebelumnya dilangsungkan di Gedung Kesenian Jakarta, Festival kali ini digelar di Yogyakarta dan fesital kaki ini akan di buka oleh Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng ing Mataram," ujar Ketua Pelaksana Festival Bedhayan ke III Shari Semesta di Auditorium Jaya Suprana School of Performing Arts. Mall of Indonesia lantai LG (Area Pasar MOI), Kamis (11/5/2023).
Sari yang didampingi Ketua Dewan Penasehat Festival Bedhayan Dewi Sulastri, dan anggota panitia lain yakni Lila Noviastantri, Ria Wulandari, Rury Avianti, Liana Reiterer menjelaskan latar belakang diselenggarakan ini , seni tradisional Indonesia begitu kaya dan beragam. Keberadaannya bisa menghilang bila tak dilestarikan oleh generasi muda.
"Karenanya tujuan dilaksanakan Festival Bedhayan adalah untuk makin menggelorakan semangat cinta budaya Indonesia, khususnya melestarikan budaya keraton," kata Sari yang masih enggan menyebutkan pemecahan rekor MURI yang akan dipersembahkan.
Penyelenggaraan Festival Bedhayan diharapkan bisa memopulerkan tari Bedhaya secara lebih luas kepada wisatawan dan warga. Selama ini wisatawan yang datang di kawasan wisata hanya bertujuan untuk berjalan-jalan.
”Sembari berjalan-jalan dan berbelanja, masyarakat umum, termasuk pelancong, bisa menikmati suguhan pentas tari Bedhaya dan tari Bedhayan melalui tayangan televisi di area bazar,” ujar Shari.
Tari Bedhaya adalah tarian klasik Jawa yang dikembangkan di kalangan istana atau keraton pewaris takhta Mataram. Adapun tari Bedhayan adalah pengembangan, kreasi baru dari tari Bedhaya, di mana inovasi atau kreasi baru yang diterapkan bisa dalam gerakan atau iringan gamelan yang digunakan.
Dalam dua kali festival sebelumnya, Festival Bedhayan digelar dengan melibatkan sepuluh kelompok tari yang menari dalam satu hari. Hal ini justru membuat penonton merasa lelah.
Mengacu pada kondisi tersebut, maka konsep penyelenggaraan Festival Bedhayan III kali ini diubah. Pada pertunjukan tari yang digelar pada 14 Mei 2023, 12 kelompok tari akan bergantian menampilkan pentas tari dalam tiga sesi. Tiap sesi akan ditampilkan empat pentas dari empat kelompok berbeda.
Mayoritas tari yang ditampilkan, menurut Shari, adalah tari Bedhayan dengan variasi tari yang berbeda-beda.
”Banyak kelompok menampilkan dengan variasi yang beragam, di mana sebagian tarian ada yang ditampilkan dengan semua penari laki-laki, ada yang semua penarinya adalah penari perempuan. Variasi, inovasi baru juga dilakukan pada gerakan hingga musik gamelan yang ditampilkan,” ujarnya.
Satu hari sebelumnya, Festival Bedhayan III menggelar acara workshop, bedah tari Bedhaya, yang wajib diikuti oleh 12 kelompok tari penampil. Acara ini sekaligus dilakukan sebagai persiapan agar para penari bisa menari dengan lebih baik ketika menampilkan setiap gerakan, sesuai dengan makna yang diterangkan dalam workshop.
Dalam festival itu juga digelar bazar UMKM dengan melibatkan sepuluh pelaku usaha. Keberadaan bazar ditujukan agar suasana festival lebih cair dan meriah.
Dewi Sulastri, penasihat Festival Bedhayan III, mengatakan, tari Bedhaya adalah tarian keraton. Beberapa jenis tarian Bedhaya tertentu harus tampil sesuai pakem dan tidak boleh ditampilkan di luar istana. Namun, di luar jenis tarian tersebut, ada tarian Bedhaya yang juga tetap bisa disentuh dengan balutan inovasi dan kreativitas baru.
”Ada kelompok yang bahkan menampilkan tari Bedhaya dengan kombinasi iringan musik gamelan Bali,” ujarnya.
Oleh karena itu, dia pun berharap agar festival kali ini bisa benar-benar memberi pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat tentang tari Bedhaya. Dedy