Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. |
Indonesian Weather Information for Shipping (INA-WIS) sendiri adalah sistem informasi cuaca maritim interaktif dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan dan pengguna transportasi laut. Menurut Dwikorita, cuaca ekstrem yang terjadi beberapa tahun belakangan ini menjadikan kondisi cuaca gampang berubah dan sulit ditebak dengan hanya mengandalkan tanda-tanda alam.
“Kondisi cuaca sedikit banyaknya akan memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan ikan dari para nelayan, apalagi kondisi cuaca ekstrem yang berpotensi membahayakan keselamatan nelayan yang tengah melaut,” ungkap Dwikorita saat membuka Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, baru-baru ini.
Dwikorita mengatakan, kondisi cuaca bagi nelayan tangkap maupun budidaya sangat penting untuk mendukung kegiatan nelayan agar dapat melaut dengan aman dan tenang. Melalui aplikasi yang didesain untuk mengetahui berbagai informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika tersebut, nelayan dapat memutuskan apakah akan melaut atau tidak. Termasuk, mempersiapkan kebutuhan apa saja ketika melaut untuk mengantisipasi perubahan cuaca.
“Informasi yang dihadirkan cukup lengkap. Mulai dari prakiraan cuaca tiga harian, tujuh harian, termasuk perkiraan angin, arah kecepatannya, perkiraan arus, gelombang tinggi atau tidaknya, hingga kondisi aktual hujan atau tidak. Di INA-WIS, memungkinkan untuk mengetahui informasi maritim selama sepuluh hari ke depan dan daerah tangkapan ikan," ujarnya.
“Jadi jangan nekat melaut saat mengetahui kondisi cuaca buruk. Tidak hanya akan kesulitan mencari ikan, namun juga membahayakan keselamatan dan berisiko mengalami kecelakaan laut,” tambah dia.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG menuturkan bahwa BMKG secara rutin menggelar SLCN untuk memberikan pemahaman kepada nelayan terkait pemanfaatan informasi cuaca dan iklim secara efektif dalam mendukung kegiatan perikanan.
Selama SLCN, nelayan diberikan pemahaman tentang informasi cuaca dan iklim perikanan, proses pembentukan angin, awan, hujan, dan gelombang agar dapat meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan pengetahuan dalam mengakses informasi cuaca maritim.
Tujuannya, tidak hanya sekedar meningkatkan keselamatan nelayan saat turun melaut, tetapi juga meningkatkan tangkapan nelayan saat mencari ikan. Mengingat, selama beberapa tahun terakhir ini, situasi iklim dan cuaca sangat beragam dan dinamis.
“Penyelenggaraan SLCN ini juga menjadi salah satu wujud komitmen BMKG mendukung Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Bantul Agus Budiraharja menyambut baik dan mendukung upaya Sekolah Lapang Cuaca Nelayan DIY dalam meningkatkan kesadaran nelayan akan pentingnya aplikasi infoBMKG. Ia berharap agar kolaborasi antara BMKG dan nelayan dapat terus ditingkatkan guna memperkuat kesiapsiagaan nelayan dalam menghadapi perubahan cuaca dan menjaga keselamatan para nelayan saat melaut.
Salah satu peserta SLCN, Ponijo mengatakan program SLCN ini sangat bermanfaat khususnya bagi nelayan. Jika sebelumnya nelayan tidak mengerti sama sekali perihal cuaca dan iklim, maka pelatihan ini menjadikan mereka tahu dan mengerti sehingga bisa memanfaatkannya untuk kepentingan melaut dan mencari ikan. Dedi