Foto bersama di Indonesia Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (7/9/2023). |
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, dalam sambutan kunci pada saat pembukaan memberikan apresiasi bagi AstraZeneca yang telah menyatukan berbagai pemangku kepentingan dari sektor Kesehatan untuk membahas sebuah isu yang perlu dihadapi bersama, yaitu perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati.
“Delapan miliar manusia yang hidup di bumi saat ini sangat tergantung pada keanekaragaman hayati yang menyediakan kebutuhan dasar manusia, diantaranya makanan, air, energi, obatobatan, dan bahan lain yang dibutuhkan manusia untuk berkembang. Namun, pesatnya perkembangan yang dilakukan manusia turut menghadirkan konsekuensi yang mengganggu keanekaragaman hayati,” ucap Dante pada acara Indonesia Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Menurut Dante, polutan penyebab polusi udara disebabkan akibat kendaraan bermotor, pemanfaatan energi fosil (batu bara), industri, dan debu konstruksi. Berbagai aktivitas tersebut merupakan konsekuensi dari ekspansi aktivitas manusia yang dapat mengakibatkan kerusakan keanekaragaman hayati dan mengakibat tingginya kejadian penyakit respirasi, seperti ISPA dan asma.
"Di AstraZeneca, keberlanjutan adalah inti dari strategi global kami dan kami berinvestasi pada kesehatan planet dan masyarakat. Kami menyadari bahwa sekitar 5% emisi gas rumah kaca (GRK) global dihasilkan dari sektor kesehatan. Untuk menjalankan peran kami, kami telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari operasi dan armada kami sebesar 98% pada tahun 2026. Sejak baseline tahun 2015, kami telah mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 59%," ujar President Director AstraZeneca Indonesia, Se Whan Chon.
Bagi AstraZeneca, keberlanjutan berarti memanfaatkan kekuatan ilmu pengetahuan, inovasi serta jangkauan global perusahaan untuk membangun masa depan yang sehat bagi manusia, masyarakat, dan planet bumi.
"Kami berupaya menciptakan nilai, di luar manfaat obat-obatan dengan menanamkan keberlanjutan dalam segala hal yang kami lakukan mulai dari laboratorium hingga pasien. Maka kami hari ini mengundang berbagai pemangku kepentingan sektor Kesehatan di Indonesia untuk bersatu mendukung visi bersama menciptakan sektor Kesehatan yang berkelanjutan," kata Se Whan.
Ditengah diskusi yang hangat, berbagai pemangku kepentingan dari sektor kesehatan mewakili fasilitas kesehatan, produsen obat lokal dan luar negeri telah menandatangani sebuah Sustainability Pledge focus terhadap membangun sektor Kesehatan yang berkelanjutan untuk generasi masa depan.
“Mewakili berbagai pemangku kepentingan dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, kami berkomitmen untuk memegang ikrar dan komitmen dalam mendukung Layanan Kesehatan Berkelanjutan di tanah air. Dengan menandatangani ikrar ini, kami berkomitmen terhadap visi layanan kesehatan berkelanjutan di Indonesia, yang berpedoman pada prinsip-prinsip keadilan sosial, kepedulian terhadap lingkungan, kelayakan ekonomi, dan ketahanan sistem," ungkap Se Whan.
Kementerian Kordinasi bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kesehatan dan berbagai pemangku kepentingan bidang kesehatan, termasuk AstraZeneca Indonesia bersama Kimia Farma, Kalbe Farma, Biotis Pharmaceuticals Indonesia, BioFarma, Anugra Pharmindo Lestari dan rumah sakit yaitu Siloam Hospital Group, Mitra Keluarga Hospital Group, dan Premier Hospital Group.
“Kita tidak bisa bekerja sendiri. Saya berharap agar organisasi dan perusahaan di sektor lain dapat meniru langkah yang dilakukan hari ini. Dan saya sangat yakin, komitmen dalam menjaga biodiversity dapat menciptakan lingkungan yang sehat untuk anak cucu kita hidup,” tekan Dante.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti menambahkan, Indonesia memiliki komitmen dan ambisi besar dalam hal perubahan iklim. Dimana dalam hal ini Pemerintah juga berkolaborasi dengan pihak swasta, salah satunya dengan AstraZeneca melalui AZ Forest.
"Perhatian kita akan lingkungan seperti komitmen penurunan emisi dan aksi perubahan iklim adalah komitmen dan ambisi dengan pendekatan melibatkan kontribusi dari industri," jelasnya.
Dalam hal komitmen tersebut, Nani mengatakan bahwa sebanyak 17% komitmen dari sektor perhutanan. Dari sektor ini, menurutnya pencapaian pemerintah sudah baik dalam hal peran hutan dalam mengurangi emisi karbon.
"Kolaborasi AZ Forest adalah contoh baik, karena disini kita ada restorasi tanam 10 juta pohon di DAS Citarum dimana program ini memberikan keuntungan bagi alam dan komunitas sekitar," paparnya. Dedy Hariyadi