Tumpukan tanah dijalan yang dilalui masyarakat yang mengakibatkan debu yang menggangu kenyamanan berkendara. |
Pasalnya, setiap hari warga disekitar lokasi proyek harus menghirup udara bercampur debu yang ditimbulkan aktivitas lalu-lalang truk-truk pengangkut tanah yang keluar masuk dari lokasi penimbunan proyek.
Jalanan juga terlihat dipenuhi tumpukan tanah, yang diduga berjatuhan dari truk-truk pengangkut tanah ke lokasi proyek.
Sepanjang jalan menuju lokasi proyek terlihat dipenuhi tumpukan tanah. Bahkan, di lokasi tidak terlihat upaya pembersihan tanah yang berjatuhan disepanjang jalan, maupun upaya penyiraman jalan berdebu dari pemilik lokasi proyek.
Pantauan wartawan di lapangan, sama persis dengan apa yang disampaikan oleh Frans Husni, yang merupakan salah seorang tokoh masyarakat setempat.
"Ya itu bekas tanah menempel di aspal, kalau hujan becek, bila panas berdebu. Bahkan sekarang jalan bergelombang bila dilalui," ujarnya kepada wartawan, Jumat 02/02/2024.
Frans Husni juga menduga, bahwa pengerjaan penimbunan tanah yang saat ini sedang dikerjakan, diduga belum memiliki izin Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL).
"Saya duga mereka belum memiliki izin AMDAL. Kalau AMDAL nya ada, pasti pelaksanaannya akan sangat memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Apa lagi disini banyak anak-anak sekolah," pungkasnya.
Terpisah, orang nomor satu di Kecamatan Sagulung, Muhammad Hafidz saat dikonfirmasi menyampaikan bahwa pihaknya tidak mengetahui terkait siapa yang melakukan kegiatan penimbunan tanah tersebut.
"Kita tidak tahu soal data perusahaan penimbunan itu, silahkan ke BP Batam," jawab Camat Sagulung kepada wartawan. Jumat (02/02/24). (Ls)