Ilustrasi. |
Tidak kalah pentingnya adalah layanan informasi tentang perkiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Perjalananan arus mudik-arus balik tahun ini dibayangi oleh cuaca dengan kecenderungan tidak menentu. Belum lagi faktor gangguan alam seperti banjir, tanah longsor hingga gempa bumi. Karena itu, sangat penting bagi masyarakat yang melaksanakan perjalanan mudik maupun saat arus balik untuk selalu waspada dan cermat memaknai informasi perkiraan cuaca dari BMKG.
Selasa (26/3) lalu, BMKG secara resmi telah mengingatkan semua komunitas bahwa cuaca ekstrem akan terjadi di beberapa wilayah sepanjang masa mudik Lebaran 2024. BMKG pun telah mengimbau para pemudik untuk berhati-hati dan meningkatkan kewaspadaan selama perjalanan mudik maupun arus balik Lebaran. Peringatan ini hendaknya benar-benar digarisbwahi semua komunitas untuk menghindar hal-hal yang tidak diinginkan.
Imbauan yang sama juga dialamatkan kepada penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi. Sebab, menurut BMKG, atmosfer di Indonesia sangat dinamis dan perubahan bisa terjadi dengan tiba-tiba. Maka, untuk meningkatkan kepedulian masyarakat, BMKG diharapkan semakin intens menghadirkan perkiraan cuaca untuk semua daerah.
Mobilitas masyarakat untuk kepentingan perayaan lebaran tahun ini diproyeksikan meningkat cukup signifikan. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jumlah pemudik sepanjang periode Hari Raya Idulfitri tahun 2024 ini mencapai 193,6 juta orang. Terjadi lonjakan cukup besar, karena peningkatan pergerakan masyarakat itu terindikasi dari hasil survei bersama Badan Kebijakan Transportasi (BKT), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta para pakar dan akademisi di bidang transportasi.
Berdasarkan hasil surveinya, BKT pun memprediksi puncak arus mudik Lebaran 2024 diproyeksikan terjadi pada H-2 atau Senin, 8 April 2024. Pada hari itu, ada potensi pergerakan atau mobilitas orang yang jumlahnya diperkirakan mencapai 26,6 juta orang, sekitar 13,7 persen dari total pemudik.
Demi tertib umum, kenyamanan dan keamanan bersama, tentu saja layanan dan perlindungan publik harus mendapatkan perhatian lebih di sepanjang periode mudik dan arus balik lebaran tahun ini. Layanan dan perlindungan itu meliputi kemudahan akses untuk pergi dan pulang, serta nyaman dan aman selama perjalanan. Maka, sangat penting untuk memastikan bahwa semua moda trasportasi publik (darat, laut, udara) siap memenuhi permintaan komunitas pemudik dengan kualitas layanan yang mumpuni.
Dalam konteks itu, keluh kesah masyarakat atas lonjakan tarif tiket pesawat udara, akhir-akhir ini, patut direspons dengan penuh kebijaksanaan. Benar bahwa menjelang hari besar agama seperti halnya Idul Fitri, permintaan masyarakat akan ragam kebutuhan bisa dipastikan meningkat, termasuk meningkatnya permintaan pada jasa layanan angkutan udara. Wajar juga jika maskapai penerbangan ingin mendapat untung dari lonjakan permintaan itu. Namun, kenaikan tarif tiket pesawat hari-hari ini mestinya pada tingkat yang wajar. Kalau masyarakat sampai berkeluh kesah, pasti skala kenaikannya dirasakan sangat memberatkan.
Pengalaman tahun-tahun terdahulu juga menunjukan bahwa jumlah pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi pun terus meningkat. Konsekuensinya, ketika komunitas pemudik mulai melakukan perjalanan, akan banyak ruas jalan padat kendaraan. Para petugas dari Dinas Perhubungan di semua daerah, bekerja sama dengan polisi lalu lintas dan pengelola jalan tol setempat, harus antisipatif. Dibutuhkan kesigapan untuk mengatur dan mengendalikan arus kendaraan guna menghindari kemacetan panjang atau penumpukan.
Lengah atau lamban mengantisipasi lonjakan arus kendaraan pemudik bisa berakibat fatal. Setidaknya, semua pihak perlu belajar dari insiden bulan Juli tahun 2016, saat arus kendaraan pemudik terjebak kemacetan teramat panjang dan berdurasi selama puluhan jam, akibat adanya hambatan di pintu keluar Tol Brebes Timur. Akibat insiden itu, jatuh korban jiwa. Insiden serupa tak boleh terulang. Dan, belajar dari insiden itu, sangat penting juga untuk mendorong para petugas dari dinas kesehatan daerah untuk memantau dan antisipatif, agar bisa memberi respons yang segera ketika pemudik yang terjebak kemacetan panjang butuh bantuan layanan medis.
Faktor keamanan lingkungan atau pemukiman pun patut mendapat perhatian. Sebab, ketika komunitas pemudik mulai melakukan perjalanan, hampir semua wilayah kota di lingkungan Jabodetabek, misalnya, tampak begitu lengang. Saat komunitas pemudik bergerak meninggalkan rumah kediaman, lingkungan pemukiman setempat pun biasanya menjadi lengang.
Situasi lengang untuk periode waktu yang relatif lama bisa menjadi peluang bagi pelaku kejahatan. Para pengurus rukun warga, bekerja sama dengan kantor kepolisian setempat, didorong untuk peduli pada potensi masalah ini. Perayaan Hari Raya Idul Fitri memang berlangsung dua hari, dan tahun ini jatuh pada 10-11 April 2024. Namun, total hari libur bisa lebih dari 10 hari, karena ada cuti bersama terhitung sejak 8 hingga 15 April 2024.
Target utama dari pelayanan dan perlindungan kepada komunitas pemudik lebaran tahun ini relatif sederhana, tidak muluk-muluk. Para pemudik, selama melakukan perjalanan pergi-pulang, idealnya merasakan aman dan nyaman serta tanpa kecelakaan (zero accident). Dan, rumah yang kosong karena ditinggal mudik tetap utuh karena tidak dibobol maling.
Ketua MPR RI/Dosen Tetap
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Universitas Pertahanan RI (UNHAN) dan Universitas Borobudur Jakarta.