Istimewa. |
"Indonesia memiliki potensi dan sumber energi bersih yang berlimpah, seperti panas bumi, tenaga surya, ataupun tenaga air. Potensi listrik melalui PLTA mencapai sebesar 76,09 gigawatt. Namun, saat ini kapasitas yang terpasang baru mencapai 5,28 gigawatt atau baru mencapai 6,9 persen dari kapasitas yang ada. Sedangkan potensi PLTS sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp," ujar Bamsoet usai menerima jajaran China Energy Engineering Group Shanxi Electric Power Construction dan Huayou Cobalt, di Jakarta, Kamis (21/3/24).
Turut hadir antara lain, Executive Director China Energy Wang XianWen, dan Managing Director Huayou Cobalt Huang YePing.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Indonesia masih tertinggal dibandingkan berbagai negara lainnya dalam pengembangan PLTS. Di kawasan ASEAN saja, Indonesia masih kalah dengan Vietnam yang telah memiliki PLTS dengan kapasitas mencapai 16.504 MW, ataupun Malaysia sebesar 1.493 MW. Di Asia, India memiliki kapasitas PLTS mencapai 38.983 MW.
"Pemerintah Indonesia sudah menargetkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN (RUPTL PLN) 2021 - 2030, kapasitas PLTS di Indonesia sudah mencapai 4.680 MW. Di satu sisi pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, butuh dukungan dari swasta agar potensi alam yang luar biasa ini bisa dikembangkan untuk mendapatkan sebesarnya kemakmuran rakyat," jelas Bamsoet.
Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menerangkan, pengembangan EBT yang antara lain bersumber dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tenaga angin/bayu (PLTB), ataupun tenaga surya (PLTS), mutlak dilakukan karena tidak bisa lagi selamanya bergantung kepada energi fosil yang semakin menipis.
"Kementerian ESDM menargetkan bauran energi dari fosil ke EBT bisa mencapai 23 persen di tahun 2025. Sedangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), Indonesia menargetkan di usia kemerdekaannya yang ke-100 di tahun 2045, bauran EBT sudah bisa mencapai 30 persen," pungkas Bamsoet. (Ril)